Mengungkap Jaringan TPPO, Bermodus TKI Ilegal Di Bengkulu Selatan
BENGKULU SELATAN – Bengkulu Selatan adalah sebuah Kabupaten di Provinsi Bengkulu yang dikenal dengan julukan Bumi Sekundang Setungguan, menyimpan kenyataan pahit yang tersembunyi, dibalik indahnya alam dan kehidupan warganya.
Keterbatasan ekonomi dan minimnya lapangan pekerjaan, telah memaksa sebagian masyarakat untuk mencari peruntungan di luar negeri, bahkan dengan cara ilegal.
Banyak warga Bengkulu Selatan yang tergiur janji kehidupan lebih baik, namun malah terjerat dalam jaringan penyelundupan manusia atau TPPO (Tindak Pidana Perdagangan Orang), khususnya dalam bentuk TKI ilegal.
Mereka, yang bermimpi merubah nasib, akhirnya justru terjebak dalam kekecewaan dan penderitaan.
Bermula dari informasi yang diperoleh dari Rusli, seorang aktivis lingkungan dan sosial asal Bengkulu Selatan, awak media mulai menggali lebih dalam, pertanyaan tentang mengapa begitu banyak masyarakat yang merantau ke luar negeri, terutama sejak tahun 2022 hingga 2024.
Mirisnya, banyak yang rela meninggalkan anak dan istri, bahkan ada yang meninggalkan anak balita demi harapan palsu kehidupan yang lebih baik.
“Ada ibu yang rela meninggalkan anak dan suami, ada juga sepasang suami istri yang rela meninggalkan anak, miris sekali,” kata Rusli.
Dalam penelusuran lainnya, kami bertemu dengan Gatot (nama samaran, red), seorang warga Bengkulu Selatan yang pernah menjadi korban TPPO TKI ilegal ke Malaysia.
Gatot mengungkapkan, bahwa ia berangkat ke Malaysia melalui agen TKI ilegal yang ternyata berasal dari Bengkulu Selatan.
Agen tersebut menjanjikan pekerjaan yang layak, namun kenyataannya sangat berbeda. Setelah sampai di Malaysia, Gatot terpaksa bekerja tanpa kepastian dan hidup dalam ketakutan, takut tertangkap oleh polisi atau imigrasi.
“Saya berangkat tahun 2023 lalu, bohong semua, katanya ada kerja tau tau tidak ada, saya merasa tertipu dan takut, takut tertangkap imigrasi,” sampainya lirih.
Selain itu, Markus (nama samaran, red) juga mengungkapkan kisah serupa. Ia mengaku bahwa banyak warga Bengkulu Selatan yang menggunakan jalur ilegal untuk bekerja di Malaysia.
Mereka diberangkatkan dengan menggunakan fasilitas visa wisata, yang mana hanya berlaku 24 hari, namun mirisnya lagi, setelah sampai di Malaysia, mereka dilepaskan begitu saja dan harus mencari pekerjaan sendiri. Banyak yang merasa tertipu dengan janji-janji manis agen TKI ilegal.
“Kalau setau saya, 20 orang lebih di Malaysia itu orang Bengkulu Selatan yang ilegal itu, tidak mau lagi saya ke Malaysia itu, cari mati itu,” sesal Markus.
Di sisi lain, salah satu pekerja ilegal yang masih berada di Malaysia yang enggan disebut namanya, melalui via video call mengatakan, yang lebih parah dirinya sempat mengalami kejadian penyekapan.
“Saya sampai di Malaysia sempat disekap seminggu pak, kami ada enam orang, saya kabur dari penyekapan dan sempat tidur di got itu selama 24 jam,” jelasnya dengan nada gamblang.
Sementara itu, Resna, Kepala Bidang Tenaga Kerja Disnakertrans Kabupaten Bengkulu Selatan menjelaskan, sejauh ini hanya ada enam perusahaan TKI yang resmi beroperasi di Bengkulu Selatan, sementara untuk data TKI yang berada di luar negeri Pihaknya mengaku tidak memiliki data tersebut.
“Data TKI yang di luar negeri belum punya, karena perusahaan TKI yang memberangkatkan belum mengirimkan laporan, kalai untuk perusahaan TKI resmi yang sering beroperasi di BS ini ada enam, tapi yang ilegal kita tidak tau,” jelas Resna.
Melalui investigasi ini, kami mengungkapkan betapa besar dampak dari jaringan penyelundupan manusia yang merugikan banyak orang.
Para pekerja ilegal ini terjebak dalam kehidupan yang jauh dari harapan, dan mereka menjadi korban dari janji-janji palsu yang ditawarkan oleh agen yang tidak bertanggung jawab. (thor/inv)