Climate Academy: Mempersiapkan Generasi Muda Peduli Perubahan Iklim

0

Oleh: Aljunaid Bakari

Sejak pandemi Covid-19 merebak pada awal tahun 2020, Climate Institute dan juga lembaga-lembaga yang bergerak di bidang penanggulangan bencana dan perubahan iklim lainnya seolah gamang karena tidak siap menghadapi problem ini karena referensi kebencanaan yang masih sangat terbatas pada model bencana alam fisik.

Sedangkan model bencana berupa pandemi masih merupakan hal yang sama sekali baru. Fenomena pandemi ini menjadi pembelajaran penting bahwa dikemudian hari sangat mungkin kita akan berhadapan lagi dengan fenomena-fenomena baru yang tak lazim seperti pandemi Covid-19 yang tengah kita hadapi saat ini.

Dari pengalaman menghadapi pandemi dalam hampir satu tahun ini, Climate Institute dan juga FNF Indonesia menggaris bawahi satu hal penting, bahwa Pandemi dan juga perubahan iklim pada dasarnya adalah problem yang berasal dari sumber yang sama, yaitu akumulasi dari resiko-resiko yang diciptakan oleh masyarakat industry modern yang tidak berpihak pada keadilan iklim untuk masa depan.

Sangat dimungkinkan di hari yang akan datang akan muncul kembali sebuah anomali akibat perubahan iklim ini, hingga pada akhirnya kita pun harus membiasakan diri menghadapi berbagai ketidaklaziman masa kini. Karena apa yang tidak lazim hari ini bisa menjadi lazim di masa depan.

Berdasarkan wawasan ini, Climate Institute dan FNF Indonesia menginisiasi program Climate Academy guna memperluas perspektif terkait perubahan iklim dan potensi perkembangannya di masa depan.

Program ini merupakan program pendidikan perubahan iklim yang dilaksanakan atas dasar pemahaman publik tentang hal-hal dasar terkait perubahan iklim dan juga isu keadilan iklim masih belum tersebar luas secara benar.

Berbagai pertanyaan dasar terkait perubahan iklim seperti apa itu pemanasan global, efek rumah kaca, bagaimana solusi dalam mengatasi perubahan iklim dan lain sebagainya masih menyajikan jawaban yang variatif.

Karenanya hal ini perlu menjadi perhatian semua pihak mengenai peningkatan pemahaman terkait isu ini, agar dapat berpartisipasi secara aktif mengubah perilaku dalam mengurangi penyebab dan resiko perubahan iklim dimasa depan.

Mempersiapkan Generasi Muda Untuk Masa Depan Keadilan Iklim

Sekaitan dengan hal ini, Indonesia diprediksi akan mengalami masa bonus demografi di tahun 2030-2040, yakni jumlah penduduk anak muda lebih besar dibandingkan penduduk usia tua.

Berdasarkan data di tahun 2018, jumlah pemuda Indonesia cukup signifikan yaitu 63.82 juta pemuda; sekitar seperempat dari total jumlah penduduk, angka ini akan terus bertambah dan mencapai puncak bonus demografi pada beberapa dekade kedepan, dominasi atas persentase penduduk di Indonesia menjadikan anak muda tumpuan akan kompleksitas zaman, termasuk dalam hal ini tumpuan akan harapan keadilan iklim untuk masa depan, dalam perkembangan terkini kelompok muda di berbagai belahan dunia telah menunjukkan bahwa mereka mampu menjadi mitra yang aktif dalam mempromosikan partisipasi publik terkait isu perubahan iklim.

Salah satu isu yang banyak disuarakan kelompok muda adalah keadilan iklim bagi generasi muda, atau yang dikenal dengan intergenerational justice

Dipelopori oleh pemogokan sekolah (school strike) di Swedia oleh Greta Thunberg, aksi berskala global oleh kelompok muda ini telah melibatkan jutaan orang di seluruh dunia dengan agenda komitmen percepatan aksi iklim.

Dalam konteks Indonesia gerakan keadilan iklim telah mulai dirintis salah satunya oleh Wahana lingkungan Hidup (WALHI), bermula dari gerakan yang dibangun untuk menggugah kesadaran, kemudian meningkat jadi gerakan menggugat.

Kali pertama, Walhi menggugat negara dalam kasus PT Indorayon. Meski kalah, namun inilah tonggak sejarah dimana gerakan keadilan ekologis dan sosial dimulai.

Pola gerakan keadilan iklim seperti ini kemudian menjadi role model gerakan keadilan iklim pada umumnya di Indonesia, dalam perkembangannya gerakan serupa terfragmentasi dalam komunitas/NGO yang fokus diisu lingkungan hidup yang muncul kemudian hari sehingga gerakan keadilan iklim yang terjadi selama ini di Indonesia terkesan sporadis, gerakan ini belum mampu mendorong kesadaran anak muda secara umum, anak muda kita masih perlu untuk terus didorong agar memiliki kesadaran, minat, dan kemauan dengan mengambil tindakan melalui berbagai cara.

Kesenjangan antara dunia anak muda yang multi realitas dan gerakan keadilan iklim inilah yang coba difasilitasi oleh climate Institute dan FNF Indonesia melalui program Climate Academy dengan harapan gerakan keadilan iklim ini menjadi lebih masif dan tidak hanya menjadi konsumsi lembaga-lembaga yang bergerak di lingkungan hidup seperti Walhi dan juga Climate Institute, melainkan juga bisa tumbuh subur dalam lintas komunitas anak muda dalam berbagai bentuk.

Komunikasi Perubahan Iklim, Dari Kesadaran Menuju Aksi Nyata

Tidak bisa dipungkiri kesadaran (awareness) terkait isu perubahan iklim bergerak dalam nilai yang berbeda. Setiap orang ataupun komunitas tertentu bisa saja setuju bahwa perubahan iklim akan mendatangkan bencana di masa depan tapi hal ini tidak menjamin setiap orang akan merubah perilaku untuk mengurangi resiko dari perubahan iklim.

Dalam konteks ini diskursus komunikasi perubahan iklim memiliki peran yang sangat penting. Secara konseptual komunikasi perubahan iklim ini adalah proses sosial dua arah yang memungkinkan setiap yang terlibat dalam proses ini dapat memahami isu keadilan iklim untuk dapat merespon masalah ini dengan cara yang lebih baik.

Komunikasi perubahan iklim inilah yang coba diterapakan Climate Institute dan FNF Indonesia untuk menghasilkan perubahan perilaku jangka panjang dan mendorong lebih banyak individu dalam mengembangkan ide dan keahliannya untuk solusi perubahan iklim di masa depan melalui Climate Academy.

Untuk kepentingan ini Climate Institute dan juga FNF Indonesia bekerjasama dengan beberapa pihak terkait antara lain kemenkumham RI, KLHK, Walhi, dan juga Climate Reality Project sebagai pembicara eksternal yang membagikan pandangan dan pengetahuan mereka sesuai dengan keahlian masing-masing.

Beberapa pokok pelatihan yang disajikan yakni, Dasar dan skenario perubahan iklim, HAM, Pembangunan inklusif dan berkelanjutan, dan Perubahan perilaku untuk aksi iklim, serta Keterlibatan dan kolaborasi untuk aksi iklim.

Dengan menggunakan model komunikasi perubahan iklim dalam proses pendidikan dan pembelajaran perubahan iklim dapat memiliki dampak setidaknya dalam 2 (dua) level.

Pertama, terbentuknya persepsi mengenai keadilan iklim bagi peserta yang terlibat, dimana sebagian besar ditentukan oleh latar budaya, visi, gaya hidup dan penilaian yang diperoleh melalui komunikasi.

Kedua, dapat menghadirkan pilihan-pilihan untuk dapat mengambil keputusan berdasarkan kriteria atas perspektif yang telah terbentuk tekait dengan praktek-praktek berkelanjutan dari wacana publik dan alternatif komunikasi secara transparan.

Pendekatan komunikasi perubahan iklim ini memposisikan anak muda sebagai peserta Climate Institute Academy secara kritis berdasarkan bagaimana pengalaman mereka di tampilkan sebagai sebuah jaringan kepentingan politik perubahan iklim di masa depan, proses pendidikan dan pembelajaran perubahan iklim yang dilaksanakan tidak hanya fokus pada aspek ilmiah dari ilmu iklimnya saja, tapi juga bagaimana kaitannya dengan hal-hal yang berhubungan langsung dengan kehidupan seperti ilmu sosial, ekonomi, pembangunan, lingkungan, dan juga perilaku.

Pelatihan ini dilaksanakan selama 5 hari dari tanggal 15-20 november 2020 yang menyasar peserta dari berbagai daerah melalui seleksi yang ketat berdasarkan kriteria yang telah di tentutkan.

Sebagai produk dari pendidikan perubahan iklim ini telah melahirkan alumni pelatihan yang menjadi jejaring climate Institute dan juga FNF Indonesia untuk menjalankan program-program berkaitan dengan isu keadilan iklim, dimana setiap alumni dari climate akademi ini telah memiliki rencana tindak lanjut masing-masing dalam menyuarakan isu-isu keadilan iklim di berbagai daerah sebagai climate collaborator dari climate institute dan FNF Indonesia.(*)

Leave A Reply

Your email address will not be published.