Bupati Barru Membuka Festival Budaya Toberu XIV dan Festival Aksara Lontara VI tahun 2025
Barru – Bupati Barru, Andi Ina Kartika Sari membuka secara resmi Festival Budaya Toberu XIV dan Festival Aksara Lontara VI tahun 2025 di Alun-Alun Colliq Pujie, Kabupaten Barru, Minggu malam (23/11/2025).
Dalam sambutannya, Bupati Andi Ina menekankan bahwa tantangan kebudayaan di era modern tidak dapat dihadapi hanya dengan inovasi teknologi, tetapi harus dibarengi karakter dan identitas budaya yang kuat.
“Kita semua adalah pemilik kebudayaan daerah yang dirawat turun-temurun. Karena itu, pemerintah, pelaku budaya, dan masyarakat harus bergotong royong memajukan kebudayaan kita agar tetap berdiri kuat menghadapi perubahan zaman,” jelasnya.
Lebih jauh, ini menjadi istimewa karena untuk pertama kalinya digelar melalui kolaborasi langsung antara Pemerintah Kabupaten Barru dan Kementerian Kebudayaan Republik Indonesia melalui Direktorat Pengembangan Budaya Digital, Direktorat Sarana dan Prasarana, serta Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah IX.
Atas dukungan tersebut, Bupati menyampaikan terima kasih mendalam. “Ini adalah hadiah spesial di awal masa pemerintahan kami. Dengan dukungan kementerian, festival ini bisa berkembang, berjejaring, dan berkelanjutan,” ucapnya.
Bupati juga menegaskan bahwa Barru dianugerahi warisan budaya berharga melalui karya tokoh pejuang daerah, Colliq Pujie Ratna Kencana, yang melahirkan identitas budaya Colliq Pujie. Ia berharap festival ini menjadi jendela untuk memperkenalkan kekayaan budaya Barru ke tingkat nasional hingga internasional.
“Insya Allah, melalui Museum Budaya Colliq Pujie, Barru akan semakin dikenal, bahkan menjadi destinasi budaya mancanegara,” harapnya.
Dalam kesempatan tersebut, Bupati juga berbagi pengalaman singkatnya saat mengikuti kursus Lemhanas di Singapura. Ia mencatat bagaimana negara maju tersebut sangat mempertahankan warisan budaya mereka.
”Negara Singapura sangat mempertahankan yang namanya warisan budaya. Di sana kita masih bisa melihat tempat-tempat yang masih terjaga,” ungkapnya.
Pengalaman ini menjadi semangatnya untuk menjadikan Barru dikenal baik di antara kabupaten, provinsi, bahkan di mancanegara, terutama melalui Museum Colliq Pujie. Namun, ia menekankan bahwa semua ini tidak mungkin dilakukan tanpa support, kesungguhan, dan kolaborasi dari semua pihak, termasuk pemerintah pusat, provinsi, dan seluruh masyarakat Barru.
Menutup sambutannya, Bupati mengajak semua pihak untuk membangun Kabupaten Barru dengan hati yang ikhlas dan cinta kepada daerah.
“Apapun yang kita lakukan untuk Kabupaten Barru, lakukanlah dengan hati yang ikhlas dan dengan cinta kepada daerah kita. Semoga festival ini menjadi semangat bersama untuk menjaga, merawat, dan memajukan kebudayaan Barru agar semakin dikenal di tingkat nasional hingga mancanegara,” pungkasnya
Sebelumnya, Direktur Pengembangan Budaya Digital Kementerian Kebudayaan RI, Andi Samsurijal, S.Sos., M.Hum., menyampaikan apresiasi mendalam atas komitmen kuat Pemkab Barru dalam menjaga aksara Lontara dan warisan sastra I La Galigo. Ia menilai festival ini merupakan simbol nyata gotong royong dan semangat kolaborasi.
Dirinya sekaligus memuji kesiapan Barru yang hanya dalam waktu satu bulan mampu menghadirkan festival megah meski anggaran terbatas.
“Sinergi pemerintah daerah, panitia, dan komunitas budaya membuktikan bahwa gotong royong dapat menghasilkan karya luar biasa,” ujarnya.
Samsurijal menegaskan bahwa festival budaya tidak hanya menjadi tontonan, tetapi tuntunan yang menginspirasi masyarakat untuk mencintai tradisi lokal. Ia mendorong agar kegiatan seperti ini dapat terus berlanjut dan bahkan menjadi muatan lokal di sekolah sebagai investasi budaya bagi generasi mendatang.
Mewakili Gubernur Sulsel, Kepala Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Sulsel, Dr. Muhammad Ichsan Mustari, MHM, menegaskan komitmen Pemerintah Provinsi untuk terus melestarikan aksara Lontara sebagai warisan intelektual masyarakat Bugis – Makassar.
Ia menilai Lontara bukan sekadar tulisan tradisional, melainkan rekaman peradaban yang kaya: moral, filosofi, hukum, sejarah, diplomasi, hingga tata sosial masyarakat. Pemprov Sulsel, katanya, terus mendorong edukasi dan literasi aksara Lontara di berbagai lembaga, termasuk penerapan kurikulum kearifan lokal di sekolah-sekolah di seluruh Sulawesi Selatan.
Ia menegaskan pentingnya menanamkan kecintaan pada aksara Lontara sejak usia dini, baik di rumah, sekolah, maupun lingkungan sekitar.
“Pelestarian budaya tidak boleh berhenti menjadi rutinitas. Harus ada peningkatan berkelanjutan agar warisan ini tetap relevan bagi generasi masa depan,” tutupnya.
Pada kegiatan ini juga dirangkaikan dengan peresmian Museum Colli Pujieq oleh Bupati Barru serta penampilan Tari Massal Collq Pujie oleh 150 penari. (Humas)


